Ada
suara lain
dalam
rahimmu sedingin salju
apakah
malam
masih
hinggap di bibirmu,
oktober
lalu kita bertemu
lenganku
melingkar di pinggulmu padat madu
ada
cahaya bulan dan awan berwarna abu-abu
molekul
aroma bunga mawar lalu lalang ke dalam paru-paru
sarang
batu yang kau tunggu kini berselimut embun susu
di
hulu sungai tanah kelahiranmu, di atas bukit emas tanpa sepuh
kau
dan aku menambang janji, puisi bertema ranting dan guguran daun mati
akan
terbakar sendiri,
maka patahlah pedang api yang menebas taman bunga teratai di pekarangan belakang rumah peradabanmu
maka patahlah pedang api yang menebas taman bunga teratai di pekarangan belakang rumah peradabanmu
dan cahaya
hijau matahari yang akan kau ceritakan baluri seluruh kulitku,
meresap,
kukecap serap hingga ke dalam daging
dan
sumsum tulang-tulang pedati
meski
kau tidak meng-angan-kan apa-apa di negeri ini
suara
kalimah dalam rumah cahaya telah menceritrakan bara beku revolusi ke dalam
hatimu,
seorang
ratu yang menyusui metafora zaman dan waktu
akan
lahir dari rahimmu yang sedingin salju,
tanpa
almenak jiwa-jiwa yang merindukannya akan segera berbiak
(Erwinsayah dini hari 09/10/2012)
0 komentar:
Posting Komentar