di atas dataran tinggi
gedung kayu yang kau ibaratkan pohon itu
adalah makam jasad waktu berkafan hujan
aku akan menandai perasasti tepi jarak antara kau dan aku
abad-abad tanpa polusi, tanpa korupsi tanpa muslihat agama lagi
kekasihku apakah kau akan menjadi penghuni pertama
menjadi ibu mata air anak sungai
mengaliri sawah sepasang mata pribumi
aku akan berhenti mempertanyakan siapa nama aslimu
pada samar kata-katamu dihadapan penghulu
pada matamu yang pura-pura tak menginginkan wajahku
pada rasa takut yang kecut bila keriput kulitmu
kekasihku, balaslah isi surat diatas sajadah
yang kukirim untukmu
keluarlah kau dari ruang tamu, mataku sejak malam ini
hilang kedip tertuju kebalkon rumahmu
dan diatas sajdah yang sama aku telah berdoa mengadu
bak bayi yang menangis meng-angan kan seteguk susu
0 komentar:
Posting Komentar