UDARA Informasi: Kisah jambu air dan Benalu

Rasionalisasi Dendam dan Kenangan


Untuk apa kau perlu menahan dera cemburu di dalam dada,
bila aku nyatanya telah gagal mendekor janur kuning
di depan gerbang jalan menuju rumahmu
cinta telah lama menjadi prasangka atau kegagalan kita pak-turut
bermuka dua dihadapan penghulu dan sanak saudara

Buat apa kau perlu menahan siksa
diam dalam kamar rumah se-puntung bara,
membaca buku harian mantan pengacara, 
menyesali warna dan gaya tulisan, 
atau tanda baca yang terlampau berlebihan
setelahnya lalu kau tutupi hari dengan selimut 
yang bergambar kepala ular kembar

perpisahan adalah kenangan yang wajar
mengajarkan arti sabar agar tak selalu tertangkap apa yang kau kejar
layaknya musim yang gemar memainkan suasana kepada semak dan belukar
atau matahari yang tekun terbit dan tenggelam dalam liputan waktu

ia pun selalu nampak cerah dalam harapan musim dan cuaca 
meski ia hanya diam namun ia tidak seperti menunggu 
dan ia pergi namun tak meresa dikejar, 
kenangan akan bergegas ke rahim sejarah yang ramah atau samar
menimang ingatan cinta yang telah berlalu pada janji 

Hai Sahabatku,..


hai sahabatku,..
gemulai senyummu yang selalu hadir dalam kebersamaan
dan tingkahlakumu yang konyol selalu kau tampilkan
ada suasana baru yang didapat saat bersamamu
terakhir kau menatapku dengan paras megamu

sekarang kau sedang apa?
ini tanyaku, untukmu sahabat..
hampir semua kerabat dekatmu memimpikan kehadiranmu
aku pun lega jika kau tak gelisah
kami disini bahagia walau tanpamu
bukan karna kau tiada, tapi mendengar kebaikanmu
sungguh hatiku terendam dosa
jika maafku tak berlaku diduniamu

serngkaian doa kami sebarkan
untuk bekal menempuh duniamu
dan rangaikailah kasih sayang kami
untuk bertemu engkau kelak
sahabatku,..

Act
( 22 Juli 2012 )

Dipecat Dengan Hormat


Suatu ketika di rumah seorang majikan kalangan terhormat
seorang tukang sapu dicaci habis-habisan dengan lidahnya yang
bercabang seperti ular
sebab tukang sapu kerap tertangkap kalau ia sedang malas-malasan
membersihkan seluruh lantai dari batu mengkilat dalam rumahnya
 He tukang sapu sialan apa mata kamu tidak melek
apa kerjamu seharian di rumah ini, lantai kotor meja kursi
dan prabotan berantakan percuma kamu saya gaji tiap bulan
kalau kerja beres-beres saja kamu nggak becus”. !
lalu dengan nada berani dan keluhan yang setengah dipaksakan
si tukang sapu menjawab “tuan yang saya hormati.
setiap pagi, siang, sore bahakan malam semua lantai dan prabotan
saya bersihkan dan rapihkan tapi apa hasilnya, suasana rumah tetap
saja kotor seperti saya pertama kali kesini bekerja di rumah bapak
ingat pak, saya bekerja bukan semata-mata karena duit atau gaji
bulanan yang bapak berikan!
saya sering berfikir tiap ruangan habis saya bersihkan dan saya baru sadar
ternyata  semua tamu, kerabat, anak-anak bapak yang masih bocah
dan yang sudah gede-gede itu mereka tidak suka tempat yang bersih
dan sayapun bosan selalu mengingatkan mereka, dan saya tidak ingin
memaksa mereka untuk menyukai ruang yang bebas dari sampah.
jadi hari inipun saya putuskan untuk tidak menyapu biar bapak tahu dan
segera memikirkannya, bukankah bapak selalu melarang bawahan bapak
kalau meraka dilarang mengerjakan pekerjaan  kotor”,
lalu sang majikan dengan sinis membenarkan apa yang dikatakan oleh tukang sapu
dan atas kejujuran itu tukang sapupun di pecat secara terhormat.

Hiduplah Indonesia raya

























Di bawah cahaya langit illahi aku berdiri

di bawah bendera merah putih kami melangkah

di bawah sepasang sayap garuda kita berlayar

inilah negeri para perantau yang kami junjung

hadiah sang pencipta yang maha kuasa

meski negeri ini pernah dijajah, tapi kami ingin selalu

menyanyikan lagu kebangsaan yang nyata

hiduplah negeriku, hiduplah bangsaku hari ini,

tapi bukan untuk penjajah dan pemerintahan boneka



e_rwin
Metro. Time: 05:15 /10-05-2012

Penjara di taman tubuhmu


Di ujung lenganku kau berteduh
menyulam kembang setaman
belati-belati embun menyayat
sepenuh kulitku
suara ringkikan pertama gairah
bara,dalam bisik kata-kata
memburumu dengan semua sangsi
biar tak kau katakan bahwa aku terlahir
dari keinginanmu memburu siklus waktu
tapi akulah perisai-perisai cemburu
mengamatimu dengan pedang angin masalalu
mebebaskanmu dari karat besi-besi hitam
penjara di taman tubuhmu

09/10/2012


Ada suara lain
dalam rahimmu sedingin salju


apakah malam
masih hinggap di bibirmu,
oktober lalu kita bertemu
lenganku melingkar di pinggulmu padat madu
ada cahaya bulan dan awan berwarna abu-abu
molekul aroma bunga mawar lalu lalang ke dalam paru-paru
sarang batu yang kau tunggu kini berselimut embun susu

di hulu sungai tanah kelahiranmu, di atas bukit emas tanpa sepuh
kau dan aku menambang janji, puisi bertema ranting dan guguran daun mati
akan terbakar sendiri,
maka patahlah pedang api yang menebas taman bunga teratai di pekarangan belakang rumah peradabanmu
dan cahaya hijau matahari yang akan kau ceritakan baluri seluruh kulitku,
meresap, kukecap serap hingga ke dalam daging
dan sumsum tulang-tulang pedati

meski kau tidak meng-angan-kan apa-apa di negeri ini
suara kalimah dalam rumah cahaya telah menceritrakan bara beku revolusi ke dalam hatimu,
seorang ratu yang menyusui metafora zaman dan waktu
akan lahir dari rahimmu yang sedingin salju,
tanpa almenak jiwa-jiwa yang merindukannya akan segera berbiak

(Erwinsayah dini hari 09/10/2012)

Tanyaku Hari ini

bualan apa yang telah menjadikanmu zombie anak-anak bangsa
oksigen apa yang telah kau hirup sehingga kau telah mabuk oleh kentut patung-patung itu, 

cahaya matahari apa yang telah menyinarimu menjadi pelacur peradaban,
hujan apa yang telah membasahimu sehingga kau menjadi abu kebudayaan.
garam apa yang telah kau makan sehingga kau berani mengatakan semua hanyalah kebetulan. dan anggur apa yang telah kau telan sehingga kau mabuk jadi bajingan keadilan. jiwamu telah terkutuk, mejadi asap dan polusi hayalan. revolusi adakah dia sama gombalnya dengan sejarah sebuah manuskrip yang menceritakan binatang abu-abu yang bermata satu dan mati penasaran.